Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Selamat Tinggal

Gambar
2012 berlalu, tahun baru menunggu Aku tak tahu kenapa waktu begitu terburu-buru Tapi ya, bukankah bagus mengetahui bahwa tak ada yang terlewatkan dari dulu? Kau, aku, kita masih bersatu Tertawa seperti kita masih balita Bercanda seperti kita tak pernah dewasa Mungkin kita lupa, waktu selalu rajin mengganti kalendernya Hingga di akhir Desember, kita tergugu menatap langit yang akan segera memperbaharui bulannya Mengernyitkan dahi sambil bertanya, besok tanggal berapa? Terima kasih masih bersamaku, meski kita sudah tak semuda dahulu Meski aku tak secantik saat dilahirkan Ibu Dan harapanku, semoga kita bahagia selalu.

Cerpen Pertama dan Terakhir yang Usai~

Gambar
Sudah tiga kali berturut-turut. Benar-benar aneh. Belum pernah sebelumnya aku bermimpi dengan mimpi yang sama persis, baik tokoh, latar, alur, hingga ke detil-detilnya. Pagi ini aku bangun dengan wajah kebingungan, bertanya-tanya pada diri sendiri apa yang sebenarnya terjadi, apa yang salah dengan diriku, kenapa bisa sampai bermimpi tiga kali berturut-turut dengan mimpi yang sama persis? Ah, alhasil, seharian ini aku jadi uring-uringan di kampus, tidak banyak bicara, tidak mengikuti perkuliahan dengan serius, tidak makan dengan benar, seperti orang sakit yang tak menemukan obat. Rasanya sesak sekali memikirkan persoalan mimpi ini, aku harus cerita ke seseorang, ke Atika saja, sahabatku dari kecil dan tiga tahun di perantauan ini. Kutemui Atika dengan wajah tidak sabar seperti menggenggam bara api panas yang harus segera dilepas. Atika tahu mimik, perempuan cantik berhati lembut ini memang pandai sekali membaca raut muka, bisa segera tahu apa yang terjadi sebelum mendengar beritan

Tentang Harapanku

Negeriku yang damai, Tak ada marah, tak ada darah. Negeriku yang terhormat, Tak ada korupsi, tak ada kolusi. Negeriku yang baik, Semua orang gemar menolong siapa sja, kapan saja, di mana saja. Negeriku yang kaya, Tak ada yang menangis kelaparan, tak ada yang tidur di kolong jembatan. Negeriku yang sejahtera, Tak ada peminta-minta, tak ada yang butuh mencuri, tak ada butuh membunuh. Negeriku yang bahagia, Aku senang tinggal di sini Aku cinta pemimpinku Aku cinta bangsaku Aku cinta tanah airku. Itu harapanku.

Semua yang Kupunya, Kamu.

Gambar
Selain keluarga, tak ada yang lebih kusyukuri kehadirannya selain dirimu. Ingin sekali setiap hari berkata, terima kasih telah menjadi sahabatku. Tapi kau bilang sudah bosan, dan ungkapan tidaklah penting. Kau, Yang selalu panik saat aku sakit, menelpon puluhan kali untuk memastikan keadaanku baik-baik saja. Bersedia tanpa diminta menyelesaikan tugas kuliahku agar tak ada beban di kepala yang memperberat sakitku. Kau, Yang sudah merasa cukup lebih dari apa saja jika menemukanku tersenyum. Walau kau berkali-kali meyakinkan bahwa senyumanku tidaklah manis. haha. tapi tetap, kau hobi sekali membuatkanku senyuman. Kau, Yang akan mengeluarkan uang jutaan untuk menebus kesalahanku, menghapus airmataku, menerbitkan tawaku. Tanpa pamrih, tanpa harap ucapan terima kasih, tanpa harap puji. Kau, Yang tahu bahwa aku tidur lebih lambat dari biasanya, akan membangunkanku tanpa diminta untuk shubuh tepat waktu, memastikanku sudah duduk dan benar-benar membuka mata. kau tak rela, tahajj

The Sun

Sejak pagi aku menunggu matahari Bola raksasa kuning terik yang berada di pucuk kepalaku ini belum cukup layak untuk menjadi matahari Ia hanya bersinar, tapi tak sampai ke dalam hatiku yang gelap dan lembab. Sudang siang menjelang sore Matahari belum ingin muncul walau sedetik Bajuku basah oleh keringat akibat panas matahari palsu di atas sana Mungkin dia marah karena tak kuanggap. Hey, matahari asli Mewujudlah di hadapanku Aku menantimu sejak lama Hati di dadaku sudah terlalu sering bergemuruh minta kau cahayai Apa kau bersembunyi di balik bintang? Atau bulan? Atau tangan Tuhan?

About

Sahabat adalah yang menghadiahi dirinya sendiri untukmu, seutuhnya.

Senja ke 19

Gambar
Aku berdiri di sini, di senja ke 19 sejak kau lahirkan aku dari balik lahar, Ibu. Kau tahu apa yang selalu berubah dari satu senja ke senja berikutnya? Ya, warna. Aku tidak terlalu ingat ada berapa macam warna yang bisa kutangkap oleh retinaku di senja pertama. Tapi aku bisa pastikan, warnanya tidak sepekat senja kedua, dan seterusnya. Maka kaulah Ibu, yang selalu rajin tak pernah lupa menambahkan warna di setiap senjaku. Kau bilang, "Senja ini milikmu, nikmatilah sebelum gelap merenggutnya darimu. Kau tak punya banyak waktu sayang, jadi kubuatkan yang terindah untukmu agar kau cukup puas menikmati singkatnya" Dan ini senja ke 19 sejak pertama kali aku mampu mengenal warna. Aku tidak bisa pastikan akan menemui warna baru esok hari. Tapi aku tahu, ada atau tidak aku di sini, kau akan tetap menambahkan warna untukku. Warna cintamu yang selalu bertambah walau aku kadang lengah, walau aku kadang jengah, walau kadang aku marah. Terima kasih, untuk setiap senja. Ter