Langit yang Berubah Warna
Aku ingin tertawa, sekeras-kerasnya. Biar orang-orang berpikir bahwa dari mulutku ini hanya tawa yang bisa dikeluarkan. Biar orang-orang mengira aku tak pandai mengisak.
Ah, Ibu, mengapa tak pernah kau ajarkan aku kuat melawan hidup yang begitu kejam ini?
Mengapa kau tak pernah ingatkan aku bahwa orang-orang tak bisa dipercaya?
Mengapa kau tak pernah ajarkan aku cara membenci orang-orang yang mengkhianati cinta?
Aku jadi oleng, Ibu.
Oleng di atas dua kaki kurus yang puluhan tahun berlatih berdiri tegak.
Aku juga tak mengerti sejak kapan dia luka, kulihat lukanya pagi ini semakin menganga. Kurasa tak bisa diobati lagi.
Apakah aku akan lumpuh, Ibu?
Lumpuh dan tak bisa berlari lagi?
Jika di dunia ini aku tak bisa berlari, ke mana aku bisa bersembunyi dari langit yang berubah warna menjadi tidak kusukai?
Ah, Ibu, mengapa tak pernah kau ajarkan aku kuat melawan hidup yang begitu kejam ini?
Mengapa kau tak pernah ingatkan aku bahwa orang-orang tak bisa dipercaya?
Mengapa kau tak pernah ajarkan aku cara membenci orang-orang yang mengkhianati cinta?
Aku jadi oleng, Ibu.
Oleng di atas dua kaki kurus yang puluhan tahun berlatih berdiri tegak.
Aku juga tak mengerti sejak kapan dia luka, kulihat lukanya pagi ini semakin menganga. Kurasa tak bisa diobati lagi.
Apakah aku akan lumpuh, Ibu?
Lumpuh dan tak bisa berlari lagi?
Jika di dunia ini aku tak bisa berlari, ke mana aku bisa bersembunyi dari langit yang berubah warna menjadi tidak kusukai?
Komentar
Posting Komentar