Jika Ada yang Bertanya, Namamulah Jawabannya

Ayah, kau tahu siapa makhluk yang paling aku takuti di dunia ini?
Engkau. Hanya engkau, Yah!

Bukan salahku bila terkadang ketakutan itu berubah menjadi kebencian. Karena kau terlampau sering memarahiku, terlampau sering berlaku keras padaku, dan terlampau sering memperlakukan seolah aku bukan anakmu.
Aku merasa konyol pernah berpikir bahwa aku bukanlah anakmu, bagaimana bisa aku menyangkal kemiripan wajah yang begitu kentara di antara kita?
Aku akan menganggap mataku buta jika tak mengakuinya.

Merasa aneh memang, hanya aku di antara lima orang anakmu yang sering kau marahi.
Pagi, siang, malam, rumah itu berubah neraka bagiku.
Melihat wujudmu menjadikanku resah, dan ketakutan.
Berkali-kali aku ingin pergi dari rumah, membebaskan kemarahanku, melempar jauh kebencianku pada seolakan-selokan pinggir jalan.
Tapi apa daya seorang gadis kecil ini wahai Ayah?
Keterikatanku pada biaya hidup yang menjadi tanggunganmu membuatku tak bisa bergerak.
Kala itu, aku hanya bisa berharap, seorang lelaki dengan pekerjaan menjanjikan datang ke rumah diam-diam dan membawaku pergi bersamanya, kami menikah dan hidup bahagia.
ah! makin gila saja pemikiranku, Yah.

Hari berganti hari, minggu, bulan, dan tahun-tahun tertinggal di belakang, aku tanpa sadar telah berubah menjadi gadis dewasa.
Paling tidak, lebih dewasa.

Merah, biru, kelabu, putih, dan hitammu menyatu dalam lukisan hidupku.
Semua hal tentangmu menjadi tinta yang mengubah rupa lukisan itu.
Sempurna tentangmu, yah!

Dan aku pun heran kenapa di antara semua gadismu, hanya aku yang memiliki kepribadian persis menirumu.
Jawabnya?
Tentu saja, karena hanya aku yang diperlakukan berbeda dari yang lainnya.
Karena hanya aku yang 'diperhatikan' lebih olehmu.
Karena hanya aku yang selalu berhasil menyita hari-harimu.
Dan karena hanya aku gadismu yang sukses setiap saat menimbulkan masalah, mirip denganmu dulu, kan, Yah?

Tapi, ya!
Aku tersadar baru-baru ini, di saat usia yang menanjak tua memaksaku berubah dewasa, aku tersadar bahwa semua kemarahanmu, semua perlakuan keras dan tegasmu itu telah mengajariku dengan perlahan bagaimana memperlakukan kehidupan.
Tidak, maksudnya bukan memperlakukan hidup ini dengan kemarahan dan kekerasan.
Tapi kemarahan, kekerasanan, dan ketegasan hiduplah yang harus aku taklukan dengan metodemu itu.
Bahwa jiwa yang lembek hanya akan membuatku terseret bersama orang-orang lemah lainnya, kemudian arus itu akan berakhir pada muara tempat berkumpulnya kegagalan-kegagalan, ketidakberdayaan, dan pengutukan diri.

Hmm, aku masih ingat, Yah, saat kau tak mau membantuku menyelesaikan sebuah masalah, kau menuntutku untuk mencari jalan keluarnya sendiri, naik ke permukaan dengan tenaga sendiri.
Aku menganggapmu kejam saat itu.
Tapi yang terjadi kemudian adalah, menakjubkan, aku berhasil melaluinya tanpamu, sedikit pun tanpa bantuanmu.
Bagaimana jika saat itu kau putuskan untuk membantu masalah-masalah kecil dan menengahku?
Tentu! tentu saja aku akan menjadi kikuk setiap kali berhadapan dengan mereka, terus-terusan bersembunyi di balik punggungmu sambil menarik-narik bajumu dengan wajah menangis ketakutan.
Dan belum lagi jika berhadapan dengan masalah besar, masalah besar yanh sudah menantiku di depan.

Namun kini, kau sudah bisa bernapas lega melepasku berlari sendirian di hutan gelap, berenang di lautan lepas, atau memanjat tebing yang tinggi.
Karena bukankah kau sudah memberiku sesuatu?
Sesuatu yang kau sebut kekuatan, atau di lain waktu kau menamainya keberanian, dan terkadang kau menyebutnya ketegasan.
Sesuatu itu masih di tanganku, yah. Aku menggenggamnya demikian erat dengan tangan ini, tangan yang sama dengan yang dulu biasa kau pukuli.

Dan sekarang, jika ada yang bertanya kenapa aku begitu tegar menghadapi kemarahan hidup dan kekerasan dunia, tak akan aku berpikir dua kali untuk menemui jawabnya.

Komentar

Awan mengatakan…
tulislah ini menjadi sebuah surat...dan sampaikan pada ayahmu....
aku yakin bintang akan menyapamu dengan tersenyum....
Just A`- mengatakan…
Nggak ah, maluuu...
Awan mengatakan…
aku rasa ketika kau menyampaikan ini pada ayahmu, aku yakin akan ada suatu kebanggan bagi beliau...
mempunyai anak yang tegar berdiri di tubir karang..tak hancur terkena tamparan samudra kehidupan....:D
hanya sekedar sarannn..pas ultah ayahmu saja...

Postingan populer dari blog ini

Pohon Ranting Kering.

Semua yang Kupunya, Kamu.

Halaman Persembahanku