Pada Cermin Mana Akan Aku Temukan Jawabnya, Kawan?
Aku suka saat-saat seperti ini, karena pukul 00.00 ke bawah adalah momment dimana aku bisa bebas, bukan bebas untuk tertawa terbahak-bahak, apalagi menangis sejadi-jadinya, tapi bebas meluapkan apa yang ingin aku tulis, karena seperti kebanyakan orang aku juga membutuhkan keheningan untuk berkonsentrasi.
Aku tak akan menulis tentang kerinduan, karena tidak sedang merindukan siapapun, juga tak ingin bercerita tentang cinta, karena penaku mengeluh padanya, pun takkan menulis tentang kau, karena jemariku tak tahu cara mengeja namamu yang sok misterius itu.
Aku hanya ingin menulis tentang diriku sendiri, tentang hidup yang kini aku berperan sebagai pelakon utama.
Sebenarnya, aku tak mengenal siapa aku, bagaimana diriku dan kehidupan seperti apa yang akan aku hadapi.
sedikit yang bisa ku tulis, karena sedikit yang aku kenali dari diriku, sedikit yang bisa ku sampaikan, karena tangan kananku tak bisa berjabat dengan tangan kananku sendiri. Artinya, aku buta untuk melihat diriku.
Aku mengambil cermin dan menatap sosok bayangan di dalamnya, wajah bulat ini diam tak bersuara, aku bertanya padanya "Siapa kau?", lantas ia pun mengajukan pertanyaan yang sama, kemudian satu pertanyaan lagi dengan harapan akan mendapatkan jawaban, tapi aneh, ia mengajukan pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya, begitu selanjutnya.
Aku lelah bertanya kepada cermin, karena tak ada jawaban di sana.
Lalu pada siapa??
Putus asa, aku lalu bertanya pada seonggok daging bernama hati.
"Wahai hati, delapan belas tahun kau ku bawa kemana-mana, merasakan sakit dan bahagia kita bersama, mataku menangis karena perintahmu, bibirku tersenyum pun juga karena isyarat darimu, apa yang bisa kau beritahu tentang aku? Bagaimana aku menurutmu? Sudah cukup baik? Atau buruk?"
Ia terdiam beberapa saat, aku menanti jawabannya.
selang beberapa menit kemudian ia bersuara, "kau adalah apa yang engkau dapatkan"
Aku tak mengerti.
Namun agaknya dia bisa membaca kebingunganku.
"Apa yang kau dapatkan dari orang lain adalah apa yang kau berikan pada mereka, seperti apa perlakuan mereka padamu, maka jangan ragu bahwa berarti kau telah melakukan hal yang tidak jauh berbeda, bisa dikatakan sama. Jika kau memberikan cinta maka kau akan mendapatkan cinta, jika kau memberikan benci, tentu saja kau juga akan mendapatkan hal yang serupa. Tidak semua semut saling menyapa satu sama lain, tidak semua semut selalu berhenti untuk sedikit berbincang berbasa-basi dengan kawan di jalan, hanya yang sering menyapa yang akan disapa, dan tidak berlaku untuk semut sombong yang berdagu tinggi", lanjutnya.
Aku mulai mengerti.
Ia melanjutkan, "Percuma kau tanya pada cermin, karena ia adalah bayangan dirimu sendiri, tidak akan ada orang yang mau mengumbarkan keburukannya pada dirinya sendiri, karena jawaban yang kau butuhkan takkan kau temui pada diri yang angkuh dan egois, ia tak akan berkata jujur!. Cerminmu yang sesungguhnya adalah manusia lain, tempat kau setiap hari 'memberi', jadi merekalah yang akan 'memberi' padamu kembali. Hubungan timbal balik selalu berlaku di dunia ini, Kawan. jadi berhati-hatilah jika tersirat keinginan dalam dirimu untuk memberikan makanan busuk pada orang lain, karena kau sendirilah yang akan menjadi tempat muntahannya.
DIAM.
^Kagum pada kebijaksanaannya.
Aku tak akan menulis tentang kerinduan, karena tidak sedang merindukan siapapun, juga tak ingin bercerita tentang cinta, karena penaku mengeluh padanya, pun takkan menulis tentang kau, karena jemariku tak tahu cara mengeja namamu yang sok misterius itu.
Aku hanya ingin menulis tentang diriku sendiri, tentang hidup yang kini aku berperan sebagai pelakon utama.
Sebenarnya, aku tak mengenal siapa aku, bagaimana diriku dan kehidupan seperti apa yang akan aku hadapi.
sedikit yang bisa ku tulis, karena sedikit yang aku kenali dari diriku, sedikit yang bisa ku sampaikan, karena tangan kananku tak bisa berjabat dengan tangan kananku sendiri. Artinya, aku buta untuk melihat diriku.
Aku mengambil cermin dan menatap sosok bayangan di dalamnya, wajah bulat ini diam tak bersuara, aku bertanya padanya "Siapa kau?", lantas ia pun mengajukan pertanyaan yang sama, kemudian satu pertanyaan lagi dengan harapan akan mendapatkan jawaban, tapi aneh, ia mengajukan pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya, begitu selanjutnya.
Aku lelah bertanya kepada cermin, karena tak ada jawaban di sana.
Lalu pada siapa??
Putus asa, aku lalu bertanya pada seonggok daging bernama hati.
"Wahai hati, delapan belas tahun kau ku bawa kemana-mana, merasakan sakit dan bahagia kita bersama, mataku menangis karena perintahmu, bibirku tersenyum pun juga karena isyarat darimu, apa yang bisa kau beritahu tentang aku? Bagaimana aku menurutmu? Sudah cukup baik? Atau buruk?"
Ia terdiam beberapa saat, aku menanti jawabannya.
selang beberapa menit kemudian ia bersuara, "kau adalah apa yang engkau dapatkan"
Aku tak mengerti.
Namun agaknya dia bisa membaca kebingunganku.
"Apa yang kau dapatkan dari orang lain adalah apa yang kau berikan pada mereka, seperti apa perlakuan mereka padamu, maka jangan ragu bahwa berarti kau telah melakukan hal yang tidak jauh berbeda, bisa dikatakan sama. Jika kau memberikan cinta maka kau akan mendapatkan cinta, jika kau memberikan benci, tentu saja kau juga akan mendapatkan hal yang serupa. Tidak semua semut saling menyapa satu sama lain, tidak semua semut selalu berhenti untuk sedikit berbincang berbasa-basi dengan kawan di jalan, hanya yang sering menyapa yang akan disapa, dan tidak berlaku untuk semut sombong yang berdagu tinggi", lanjutnya.
Aku mulai mengerti.
Ia melanjutkan, "Percuma kau tanya pada cermin, karena ia adalah bayangan dirimu sendiri, tidak akan ada orang yang mau mengumbarkan keburukannya pada dirinya sendiri, karena jawaban yang kau butuhkan takkan kau temui pada diri yang angkuh dan egois, ia tak akan berkata jujur!. Cerminmu yang sesungguhnya adalah manusia lain, tempat kau setiap hari 'memberi', jadi merekalah yang akan 'memberi' padamu kembali. Hubungan timbal balik selalu berlaku di dunia ini, Kawan. jadi berhati-hatilah jika tersirat keinginan dalam dirimu untuk memberikan makanan busuk pada orang lain, karena kau sendirilah yang akan menjadi tempat muntahannya.
DIAM.
^Kagum pada kebijaksanaannya.
Komentar
^^
eeaa, hahaha
apa yang membuatmu tertarik untuk merepostnya di komentar?
apa yang ada di benakmu?
makanya, ta'aruf dulu ma tuh orang...
gitu aja kog repot...
tulisannya bagus, kata2nya indah ^_^
salam kenal ;)
Tulisan Mba lebih bagus lagi..
salam kenal kembali :)
dan menggugah..u. orang yang mau berpikir kembali akan diri sejatinya :)
Posting Komentar