"Poetry Hujan: Di Hari Ulang Tahunmu, Ibu..."


Di hari ulang tahunmu, Ibu, mestinya akulah yang pertama kali berdiri di sampingmu dengan senyuman manis Untuk sekedar mengingatkan bahwa ibu sudah semakin lama menjadi ibuku
sudah semakin lama menjadi sinar dalam gelapku
sudah semakin lama menjadi benteng dalam dho'if dan ketidakberdayaanku...

Di hari ulang tahunmu, Ibu,
Mestinya akulah yang pertama kali menyodorkan bingkisan kado untukmu
Sekedar menghadiahimu dengan materi tak berarti, tak berharga, tak berbanding.
Walau aku sadar dengan sangat bahwa cinta dan kasih yang kau tuang dalam gelas bocor ini tak pernah terbayar, tak pernah terlunasi.

Di hari ulang tahunmu, Ibu
Mestinya akulah yang pertama kali melepaskan senyuman pada wajah telagamu, atau sedikit tertawa manja Dan meminta kau merunduk sedikit untuk bisa ku cium pipi halusmu,
Sekedar untuk menyadarkanmu, bahwa aku anakmu, masih sangat mengingat hari lahirmu...

Di hari ulang tahunmu, Ibu
Mestinya akulah yang pertama kali membangunkan pagimu dengan segelas teh berkawankan roti untuk mengisi awalmu
Walau ku tahu hidangan seperti itu teramat sederhana untuk keluarbiasaanmu..

Di hari ulang tahunmu, Ibu
Mestinya akulah yang pertama kali memanggil namamu dan bersorak di tengah rumah kita bahwa aku mencintaimu, hingga hari ini,
Yaitu di saat kalender menarikmu semakin jauh dari hari engkau dilahirkan,
Menyorakkan padamu bahwa usia tuamu berarti usia kedewasaan kami juga, anak-anakmu,
Dan tak akan lupa ku ucapkan terima kasih atas semua mutiara cinta yang kau kalungkan ke leher-leher kami,
Permata rindu yang kau gelangkan di pergelangan tangan-tangan kami,
Dan berlian kasih yang kau cincinkan di jari jemari kami, sehingga perhiasan ketulusanmu menyimbahi kami kemanapun, kapanpun...

Tapi apa yang ternyata terjadi?
Ah,  aku begitu malu mengungkapkannya
Aku melupakan pagimu
Pagi dimana aku seharusnya berdiri di sampingmu
Pagi dimana tak ada kado yang aku hadiahi untukmu, satu pun!
Pagi dimana tak secercah senyumpun tersungging di bibir payunngku
Pagi dimana tak ada ciuman, teh hangat, ataupun sebungkus roti

Oh Ibu, betapa aku membenci diriku sendiri karna keterlupaan ini
Tiba-tiba aku hujan sambil mengutuki diri
Bukan salahmu yang tak mengingatkan aku, tentu saja bukan
Salahkulah yang selalu lupa memasang alarm cinta yang semestinya berdenting setiap hari untukmu...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pohon Ranting Kering.

Semua yang Kupunya, Kamu.

Halaman Persembahanku