Puisi Pertamaku
Ini puisi pertama yang terbit di publik, di sebuah majalah bernama Tasbih
Aku begitu bangga saat tahu aku bisa berkarya
Walau orang bilang: "ah, cuma satu puisi".
Sekarang, sudah dua tahun sejak hari itu
Sederhana sekali memang
Tapi bila saja tidak ada puisi ini
Bila saja tak ada penerbitan
Mungkin tidak akan ada semangat itu
Tidak akan ada tulisan-tulisan baru
Tidak akan ada mimpi...
Aku begitu bangga saat tahu aku bisa berkarya
Walau orang bilang: "ah, cuma satu puisi".
Sekarang, sudah dua tahun sejak hari itu
Dan aku telah lupa bahwa aku pernah.
Mungkin perlu sedikit pengabadian, agar aku tetap ingat, bahwa namaku pernah tercantum
Dan agar saat aku menoleh ke belakang, aku bisa tersenyum dan berkata: kini aku punya buku, bukan satu kertas berisi puisi saja
Walau entah, apakah akan ada buku atau tidak.
Ku temukan wajahmu di antara bulir-bulir tasbihku
Di antara setiap lipatan sujudku
Dengan kekuatan hati ku coba benamkan seluruh ragaku dalam lautan cintaMU
Tapi kenapa tak pernah bisa mencapai dasar?
Apakah karena nafasku tak cukup untuk menyentuh singgasana mutiaraMU?
Lalu butuh berapa banyak oksigen lagi agar ku dapat menggenggam mutiara berkilauMU ya Rabb?
Tertindih tubuhku saat mencoba menyelami lautanMU
Ku coba tegar dan tetap bertahan
Meski terkadang ingin ku nikmati lagi rasanya udara bebas di atas sana
Tapi keindahan mutiaraMu selalu berhasil mengurungkan niatku...
Sederhana sekali memang
Tapi bila saja tidak ada puisi ini
Bila saja tak ada penerbitan
Mungkin tidak akan ada semangat itu
Tidak akan ada tulisan-tulisan baru
Tidak akan ada mimpi...
Komentar
Posting Komentar