Setiap rasa memiliki hak penuh untuk dikenang, maka catatlah sebelum rasa itu tiada dan kau mati bersamanya.
IBUnda..
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Bilakah kan tiba masanya, Bunda?
Aku merasai apa yang kau rasa?
Menjaga layaknya kau menjaga
Mencinta sesempurna cinta yang kau punya
Aku tak ingin terlambat menyadari betapa kau segalanya...
Aku selalu suka menatap lama pohon-pohon kosong tanpa daun, tanpa buah, tanpa bunga, hanya ranting kering tinggal keping. HAMPA. Bolehkah aku menyamakan diri dengannya? Bila boleh, aku juga akan berkata bahwa aku tak ubahnya pohon kosong tanpa daun, buah, bunga, hanya ranting kering tinggal keping. YA!
Selain keluarga, tak ada yang lebih kusyukuri kehadirannya selain dirimu. Ingin sekali setiap hari berkata, terima kasih telah menjadi sahabatku. Tapi kau bilang sudah bosan, dan ungkapan tidaklah penting. Kau, Yang selalu panik saat aku sakit, menelpon puluhan kali untuk memastikan keadaanku baik-baik saja. Bersedia tanpa diminta menyelesaikan tugas kuliahku agar tak ada beban di kepala yang memperberat sakitku. Kau, Yang sudah merasa cukup lebih dari apa saja jika menemukanku tersenyum. Walau kau berkali-kali meyakinkan bahwa senyumanku tidaklah manis. haha. tapi tetap, kau hobi sekali membuatkanku senyuman. Kau, Yang akan mengeluarkan uang jutaan untuk menebus kesalahanku, menghapus airmataku, menerbitkan tawaku. Tanpa pamrih, tanpa harap ucapan terima kasih, tanpa harap puji. Kau, Yang tahu bahwa aku tidur lebih lambat dari biasanya, akan membangunkanku tanpa diminta untuk shubuh tepat waktu, memastikanku sudah duduk dan benar-benar membuka mata. kau tak rela, tahajj
Allah, Tuhanku... Kalau bukan karena kuasa dan kehendakMu, takkan sampai aku di sini, di ujung perjalanan panjang yang gelap dan mendaki. Tak terhitung berapa kali aku tergopoh bangkit dengan luka-luka di kaki, hingga tak mampu lagi kubedakan antara keringat dan airmata di pipi. Tapi Engkau sungguh Maha, menjadikan mungkin semua yang tak kurasa bisa, memudahkan apa yang kupikir sulit. Hingga akhirnya, hanya Engkau yang tahu betapa aku bersyukur, telah Engkau bukakan gerbang kelulusan ini bagiku, Segala puji hanya milik Engkau, Allahku... Untumu, Ayah dan Ibu... Jemariku sulit menggores, lidahku kelu berucap, karena sungguh tak bisa kugambar dengan benar betapa besar rasa syukurku kepada Allah yang telah menjadikan Engkau sebagai orangtuaku, Sungguh tiada lain tiada bukan, aku kuat karena mengharap senyum di kedua wajah yang kukasihi. Berharap sedikit saja dapat kubalas dari segenap pengorbananmu selama ini. Meskipun sekali-kali tidak, seujung kuku pun tak terbalas
Komentar
Posting Komentar