Setiap rasa memiliki hak penuh untuk dikenang, maka catatlah sebelum rasa itu tiada dan kau mati bersamanya.
IBUnda..
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Bilakah kan tiba masanya, Bunda?
Aku merasai apa yang kau rasa?
Menjaga layaknya kau menjaga
Mencinta sesempurna cinta yang kau punya
Aku tak ingin terlambat menyadari betapa kau segalanya...
Bagaimana rasanya menjadi seorang wanita yang dicintai penuh olehmu, tuan? Bagaimana rasanya menjadi tempat pulang setiap sore menjelang malam? Bagaimana rasanya bangun dengan engkau sebagai pemandangan? Bagaimana rasanya memiliki teman sepanjang hidup dengan segala jenis perasaan? Aku penasaran. Aku tak sabaran. Tapi aku sedikit ketakutan. Jika barangkali, engkau berharap berlebihan, pada diriku yang kurang. Aku takut mengecewakan mimpi-mimpi indah yang mungkin sering kau bayang. Tapi tidak apa. Kita mungkin akan sama sama mengungkapkan kekecewaan sekaligus kekagetan. Atas lebih dan kurang, yang tak terpikirkan. Biarlah hari-hari yang akan kita simpan esok hari untuk dilalui bersama menjadi rahasia, dengan berbagai rupa yang tak kita kira. Karena aku telah bersedia.
Aku ingin menjadi pintu rumahmu, Tuan Yang kau temui setiap pagi saat kau bersiap. Meski untuk pergi. Aku biar menjadi jendela kamarmu, Tuan Yang kau salami setiap malam sebelum kau terlelap. Meski untuk sesekali. Aku rela menjadi keringat di wajahmu, Tuan Yang kau usap setiap aku ingin tinggal. Meski sebentar. Tapi bagaimanalah akan kuubah. Aku hanyalah aku yang terpisah. Jauh melebihi kesabaranku. Melebihi kekuatan yang kupaksakan. Bila engkau mau berbaik hati. Kirimilah aku sepucuk saja kabar. Bahwa aku akan kau temui. Bahwa senyumku akan kembali. Atau bila tidak. Izinkan kujahit kata terakhir yang bisa kusampaikan. Bahwa engkau adalah angka yang tak terjumlah di hatiku. Bahwa engkau adalah laut yang banjir melimpah di lamunanku. Bahwa engkau tak ubahnya huruf yang kurangkai dalam jutaan doaku. Tapi aku baik-baik saja. Aku punya genangan cerita di mataku. Yang akan kututup ke sebalik pejaman. Dan aku punya wajahmu di ingatan. Yang akan kukubur dalam. Ke seba...
Allah, Tuhanku... Kalau bukan karena kuasa dan kehendakMu, takkan sampai aku di sini, di ujung perjalanan panjang yang gelap dan mendaki. Tak terhitung berapa kali aku tergopoh bangkit dengan luka-luka di kaki, hingga tak mampu lagi kubedakan antara keringat dan airmata di pipi. Tapi Engkau sungguh Maha, menjadikan mungkin semua yang tak kurasa bisa, memudahkan apa yang kupikir sulit. Hingga akhirnya, hanya Engkau yang tahu betapa aku bersyukur, telah Engkau bukakan gerbang kelulusan ini bagiku, Segala puji hanya milik Engkau, Allahku... Untumu, Ayah dan Ibu... Jemariku sulit menggores, lidahku kelu berucap, karena sungguh tak bisa kugambar dengan benar betapa besar rasa syukurku kepada Allah yang telah menjadikan Engkau sebagai orangtuaku, Sungguh tiada lain tiada bukan, aku kuat karena mengharap senyum di kedua wajah yang kukasihi. Berharap sedikit saja dapat kubalas dari segenap pengorbananmu selama ini. Meskipun sekali-kali tidak, seujung kuku pun tak terbalas...
Komentar
Posting Komentar