Senja ke 19
Aku berdiri di sini, di senja ke 19 sejak kau lahirkan aku dari balik lahar, Ibu.
Kau tahu apa yang selalu berubah dari satu senja ke senja berikutnya?
Ya, warna.
Aku tidak terlalu ingat ada berapa macam warna yang bisa kutangkap oleh retinaku di senja pertama. Tapi aku bisa pastikan, warnanya tidak sepekat senja kedua, dan seterusnya.
Maka kaulah Ibu, yang selalu rajin tak pernah lupa menambahkan warna di setiap senjaku.
Kau bilang, "Senja ini milikmu, nikmatilah sebelum gelap merenggutnya darimu. Kau tak punya banyak waktu sayang, jadi kubuatkan yang terindah untukmu agar kau cukup puas menikmati singkatnya"
Dan ini senja ke 19 sejak pertama kali aku mampu mengenal warna.
Aku tidak bisa pastikan akan menemui warna baru esok hari.
Tapi aku tahu, ada atau tidak aku di sini, kau akan tetap menambahkan warna untukku.
Warna cintamu yang selalu bertambah walau aku kadang lengah, walau aku kadang jengah, walau kadang aku marah.
Terima kasih, untuk setiap senja.
Terima kasih, untuk setiap warna.
Terima kasih, untuk setiap cinta, Ibu.
Kau tahu apa yang selalu berubah dari satu senja ke senja berikutnya?
Ya, warna.
Aku tidak terlalu ingat ada berapa macam warna yang bisa kutangkap oleh retinaku di senja pertama. Tapi aku bisa pastikan, warnanya tidak sepekat senja kedua, dan seterusnya.
Maka kaulah Ibu, yang selalu rajin tak pernah lupa menambahkan warna di setiap senjaku.
Kau bilang, "Senja ini milikmu, nikmatilah sebelum gelap merenggutnya darimu. Kau tak punya banyak waktu sayang, jadi kubuatkan yang terindah untukmu agar kau cukup puas menikmati singkatnya"
Dan ini senja ke 19 sejak pertama kali aku mampu mengenal warna.
Aku tidak bisa pastikan akan menemui warna baru esok hari.
Tapi aku tahu, ada atau tidak aku di sini, kau akan tetap menambahkan warna untukku.
Warna cintamu yang selalu bertambah walau aku kadang lengah, walau aku kadang jengah, walau kadang aku marah.
Terima kasih, untuk setiap senja.
Terima kasih, untuk setiap warna.
Terima kasih, untuk setiap cinta, Ibu.
Komentar
Posting Komentar