Kala Halal Adalah Namaku
Bagai cahaya seribu bulan, berkerlap-kerlip di hatiku. Menembus batas toleransi, bahwa kau terlalu terang, bahkan menyilaukan.
Ada sekat bertabur kawat yang tak berani kusentuh, meski saat jaraknya seujung kuku.
Dan aku termangu menyaksikan betapa tinggi menjulang apa yang ada padamu, bahkan dongakan leher terjauhku tak sanggup menangkap puncakmu.
Wahai engkau dengan sejuta pesona, yang senyumnya dirindui bidadari sorga, aku bukanlah wanita gila yang menyebut namamu tak terhingga dalam igauanku. Aku juga bukanlah wanita hina yang sampai hati menggoda iman dan kesucianmu. Aku hanyalah aku yang berharap bahwa doa berulang adalah seperti kayuhan sepeda yang meskipun lama, ia akan mengantarkanku suatu hari ke stasiunmu.
Maka berilah aku waktu untuk menaklukkan cahaya seribu bulan itu, beri aku masa untuk mencabut satu persatu sekat pembatas antara kau dan aku. Hingga suatu hari, kumiliki kesempatan untuk terjun bebas ke kedalaman senyumanmu, kala namaku adalah halal, bagimu.
Ada sekat bertabur kawat yang tak berani kusentuh, meski saat jaraknya seujung kuku.
Dan aku termangu menyaksikan betapa tinggi menjulang apa yang ada padamu, bahkan dongakan leher terjauhku tak sanggup menangkap puncakmu.
Wahai engkau dengan sejuta pesona, yang senyumnya dirindui bidadari sorga, aku bukanlah wanita gila yang menyebut namamu tak terhingga dalam igauanku. Aku juga bukanlah wanita hina yang sampai hati menggoda iman dan kesucianmu. Aku hanyalah aku yang berharap bahwa doa berulang adalah seperti kayuhan sepeda yang meskipun lama, ia akan mengantarkanku suatu hari ke stasiunmu.
Maka berilah aku waktu untuk menaklukkan cahaya seribu bulan itu, beri aku masa untuk mencabut satu persatu sekat pembatas antara kau dan aku. Hingga suatu hari, kumiliki kesempatan untuk terjun bebas ke kedalaman senyumanmu, kala namaku adalah halal, bagimu.
Komentar
Posting Komentar