Saat Aku Pikun Nanti

Kepikunan nenek mengajarkanku satu hal:
Bahwa bumi memang berputar
Tak ada yang terhenti pada satu waktu, pasti berlanjut!
Dan semua dari kita haruslah tua.

Aku tahu bukan salah nenek menjadi pikun seperti ini
Nenek hanyalah bagian dari keniscayaan Tuhan
Dan semua juga tahu, bahwa ingatan akan berkarat, lebih cepat dibanding pipa besi bawah tanah.

Nenek tidak memberitahuku apapun
Dia cukup menunjukkan lewat pertanyaan-pertanyaan sama yang dia lontarkan setiap satu kali dua menit
Yang terus berulang-ulang tanpa ia tahu telah menanyakannya sebelumnya.

Nenek belum mati
Tapi ingatannya serupa mati.

Aku selalu dibuat tersenyum dengan kepikunannya yang menggemaskan itu
Hendak hati ingin bertanya, kenapa nenek selalu lupa?
Tapi aku menjawab pertanyaanku sendiri dengan tertawa
Apa aku perlu jawabannya?

Nenek...
Karenamu aku jadi terdiam sekarang
Berpikir dan mencoba menebak
Akankah aku menjadi sepertimu suatu hari nanti?

Ah, aku hanya berharap..
Berharap untuk suatu hari esok:

Agar saat aku tua,
Saat monster pikun itu datang,
Saat semua kenangan menghilang,
Saat aku tak ingat apa-apa,

Aku berharap aku tak lupa cara menyebut NamaMU ya Allah...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pohon Ranting Kering.

Semua yang Kupunya, Kamu.

Halaman Persembahanku