Untukmu: Peneguh Jiwa Kosongku


Hari jum'at.
Ya!
Hari jum'at satu setengah tahun yang lalu kita bertemu.
Andai aku tahu betapa engkau akan begitu berarti separah ini dalam hidupku, aku pasti akan mendokumentasikan pertemuan pertama kita saat itu. Untuk ku pamerkan pada dunia sambil berkata, "Hey, aku bertemu dengan bidadari yang Allah turunkan dari sorga ke dunia hari ini, kalian iri padaku, kan?!".

Aku beruntung.
Itulah yang selalu aku katakan pada diriku sendiri setiap kali bertemu di hari jum'at setiap minggunya denganmu. Ooh, andai saja jadwal pertemuan kita bisa dijadikan setiap hari, betapa bahagianya aku, Tuhan...

Sosokmu begitu indah, seolah semua kesempurnaan Allah titipkan padamu. Aku tidak iri, aku tidak iri karena aku tidak harus memiliki kesempurnaan seperti yang engkau miliki untuk jadi beruntung, karena aku sudah merasa cukup dengan kau hadir dalam hidupku, Uni..

Kau mengenalkan padaku siapa Allah
Kau mengajarkan ku cara mendekati Allah
Kau isi jiwa mati yang selama ini menanti dihidupkan kembali
Kau bagai setetes air untuk dahagaku di tengah padang
Kau bagai matahari untuk bungaku yang terlalu basah
Kau bagai bulan untuk malamku yang gulita
Kau kekasih bagi hatiku
Kau cinta bagi kehampaanku
Kau rindu bagi kesepianku
Kau hujan bagi gersangku
Dan kau tonggak bagi rumahku...

Hm.
Aku tak tahu kenapa aku kesulitan untuk menuliskan tentangmu, seolah pena menjadi macet, atau pensil menjadi tumpul, aku kehilangan topik, kehilangan huruf, kehilangan inspirasi. Bukan, bukan karena aku tak tahu apa-apa tentangmu, tapi tak lebih karena, sosokmu terlalu sempurna untuk ku gambarkan hanya dengan kata-kata, hingga aku bingung harus memulainya dari mana.

Cukuplah aku simpan semua tentangmu dalam hatiku, ku yakin aku tak perlu memindahkannya untuk pengabadian. Biasanya aku salin hidupku ke sini agar aku tak lupa. Tapi untuk yang satu ini, aku bisa pastikan aku tak butuh, karena namamu abadi di hatiku, tertulis di ingatanku, terlukis di jiwaku, terpatri di ruh ku, ya, hingga waktu bosan memaksaku untuk melupakanmu.

*Untukmu, Murobbiyahku...

Komentar

bianglalabasmah mengatakan…
Bismillah.. masyaAllah, pas baca ini hati ikut meluruh.. Jadi kangen murabbiyah jg.. :')
Just A`- mengatakan…
Memang murobbiyahnya mba ke mana kog sampe kangen?
Udah ga ketemu-temu lagi, ya, mba?

Postingan populer dari blog ini

Pohon Ranting Kering.

Semua yang Kupunya, Kamu.

Halaman Persembahanku