Dearest, Nia

"Bang, ngerokoknya jangan di sini, ya, temen saya ga bisa kena asap rokok"
Abang senior itu lalu pergi tanpa berkata apa-apa.


Aku tersenyum sepanjang hari mengingat apa yang kamu lakukan untukku, Nia.
Mungkin semua orang di dalam kehidupanku tahu betul bahwa aku tidak bisa terkontaminasi asap rokok, semua tahu dan kamu bukanlah orang pertama yang mengetahuinya. Tapi sungguh, kamu adalah orang pertama yang melakukan hal itu tadi untukku, orang pertama yang melarang seorang asing merokok di dekatku di saat aku tidak bisa melakukannya. Ya, aku memang terlahir sebagai seorang yang memiliki rasa tidak enakan sangat tinggi terhadap orang lain, bagaimanalah aku bisa memberanikan diri melarang orang tak dikenal merokok di dekatku, apalagi sampai mengusir.

Ah, ya, Nia,
Dulu, pernah suatu kali di perjalanan pulang, di atas mobil, aku hampir mati sesak napas karena terhirup asap rokok yang tidak bisa dihindari, aku tidak bisa ke mana-mana, dan serapat apalah aku menutup hidung, tetap saja terhirup tanpa ampun. Tidak ada yang mengerti, tidak ada yang mau membantu, tidak ada!
Saat itu, aku hanya mampu berdoa, semoga tidak sampai pingsan dan merepotkan orang asing di tempat asing, pasti akan sangat rumit sekali urusannya jika hal itu sampai terjadi.
Aku benar-benar merasa sendiri dan tidak berdaya.
Satu hal terpikirkan olehku ketika itu, kalau saja aku sudah punya suami yang duduk di dekatku, dia pasti akan membelaku. Ah, andai saja!

Dan kini semua andai saja itu telah kamu tebas setebas-tebasnya, Nia.
Kamu mendahului tugas suamiku nanti.
Maka berbahagialah, kamu adalah orang pertama yang melakukan hal termanis itu untukku.
Berbahagialah, karena yang kamu lakukan hari ini tak akan aku lupa, tak akan!


Komentar

Anonim mengatakan…
aku peduli padamu,, karena kamu selalu peduli padaku.
Just A`- mengatakan…
Tapi aku belum sepeduli kamu padaku..

Postingan populer dari blog ini

Pohon Ranting Kering.

Semua yang Kupunya, Kamu.

Halaman Persembahanku