DESEMBER Kita~
Pagi ini,
Ku temukan diriku tengah terpaku
Menghadap selembar kalender kusam bertuliskan DESEMBER
Yang dengan raut tolol bertanya pada guratan kertas
'Bukankah terlalu cepat?'
Rasanya Januari baru saja permisi ke belakang
Uh! DESEMBER begitu tergesa-gesa menyusul!
Akhirnya, ku putuskan untuk menghitung
Ini DESEMBER ke berapa, ya, sejak perkenalan kita?
Sudah berapa kali musim penghujan lalu kemarau lagi?
Tapi di manakah berada penuntasan yang ku nantikan itu?
Kira-kira,
Pada tahun berapa ia disembunyikan ibu waktu?
Pada kisah seperti apa ia akan menggoreskan lagu?
Dan pada senyuman semanis apa ia akan menjadikanku malu?
Aah, Aku benar-benar ingin melihatmu berdiri di akhir janji itu
Tempat kau tersenyum megah menyombong lalu bersorak,
"Aku menang!
Aku menang mendapatkan halalmu, Sayang"
Kemudian kau gamit tangan lungsaiku yang lelah menampung hujan menunggumu...
Eh, cerita tentang hujan kita bukankah belum usai?
Kau masih ingat?
Ya, ku yakin kau pasti ingat, kita akan membelah hujan!
Itu kesepakatannya, kan?
Akan kita burai mereka menjadi kepingan percik
Menginjak sisa-sisa genangan air dengan keras agar terpantul pada sepatu hitammu
Lalu bersorak bersama:
Akhirnya hujan ini menjadi milik kita
Akhirnya kita dihujani hujan yang tak lagi berbeda
Akhirnya kita tertawa di bawah langit yang sama
Dan akhirnya, aku tak perlu payung lagi,
Karena bukankah berhujan-hujanan bersamamu lebih meneduhkan?
^Kita akan bertemu di DESEMBER!
DESEMBER tahun esok atau entah
DESEMBER tak akan berkhianat!
Ku temukan diriku tengah terpaku
Menghadap selembar kalender kusam bertuliskan DESEMBER
Yang dengan raut tolol bertanya pada guratan kertas
'Bukankah terlalu cepat?'
Rasanya Januari baru saja permisi ke belakang
Uh! DESEMBER begitu tergesa-gesa menyusul!
Akhirnya, ku putuskan untuk menghitung
Ini DESEMBER ke berapa, ya, sejak perkenalan kita?
Sudah berapa kali musim penghujan lalu kemarau lagi?
Tapi di manakah berada penuntasan yang ku nantikan itu?
Kira-kira,
Pada tahun berapa ia disembunyikan ibu waktu?
Pada kisah seperti apa ia akan menggoreskan lagu?
Dan pada senyuman semanis apa ia akan menjadikanku malu?
Aah, Aku benar-benar ingin melihatmu berdiri di akhir janji itu
Tempat kau tersenyum megah menyombong lalu bersorak,
"Aku menang!
Aku menang mendapatkan halalmu, Sayang"
Kemudian kau gamit tangan lungsaiku yang lelah menampung hujan menunggumu...
Eh, cerita tentang hujan kita bukankah belum usai?
Kau masih ingat?
Ya, ku yakin kau pasti ingat, kita akan membelah hujan!
Itu kesepakatannya, kan?
Akan kita burai mereka menjadi kepingan percik
Menginjak sisa-sisa genangan air dengan keras agar terpantul pada sepatu hitammu
Lalu bersorak bersama:
Akhirnya hujan ini menjadi milik kita
Akhirnya kita dihujani hujan yang tak lagi berbeda
Akhirnya kita tertawa di bawah langit yang sama
Dan akhirnya, aku tak perlu payung lagi,
Karena bukankah berhujan-hujanan bersamamu lebih meneduhkan?
^Kita akan bertemu di DESEMBER!
DESEMBER tahun esok atau entah
DESEMBER tak akan berkhianat!
Komentar
tulisan itu kan nggak mesti dari kisah nyata, kan?
:D
Posting Komentar