Ibuuu...

Jika November dan hujan bagai hitam dan malam, atau seperti pohon dan hutan. Maka aku di sini menunggu gelombang menyelesaikan tamparan. Menunggu badai menghabiskan kencang.

Ibu, jika November dan hujan adalah satu, bolehkah aku merindumu yang ada dalam diriku?
Bila cinta dan hangatmu masih menyisakan jejak-jejak kisah di sekujur tubuhku, bolehkah aku berteriak memanggil kebahagiaan yang dibawa jarak rumah dan aku?

Aku menghitam dibakar matahari, Bu. Menunggu kereta yang membawa datang peti mati pengubur haru. Menunggu kereta yang membawa pulang jasad pucatku menujumu.

Bila sakit dan rintih adalah padu. Maka reda hanyalah namamu...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Halaman Persembahanku

Berhentilah Menggangguku Hei, Kau yang di Sana!