Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2011

Kita SAHABAT, Karena ALLAH

Gambar
  Aku ingin menyisihkan satu halaman di buku hidupku untuk memuat cerita tentangmu Tentang warna kesukaanmu, tentang makanan favoritmu, tentang ukuran sepatumu, tentang kebiasaan burukmu, tentang gaya bicaramu, bahkan manis senyummu... Kau menyukai warna hijau Ukuran sepatumu 42 Makanan favoritmu mie goreng porsi double dengan cabe melimpah Kebiasaan burukmuuuuu, huh! aku sukar mengingatnya... Karna semua tentangmu terlihat indah di mataku. Oh, baiklah Kau suka lupa memakai jaket saat berkendara, hingga aku sering memarahimu ngotot! Kau suka berbicara dengan keras, hingga orang-orang menduga kau sedang marah, ya, kan? Hmm, senyum manismu itu selalu memikat, dalam pandanganku... Senyum terindah yang hanya untukku... Oh, Tak lama! Keindahan itu tak lama... Aku yang mengakhirinya, karena Allah... Kau sakit, kan? Kau menangis? Aku juga, wallahi, aku juga! Tapi kau kuat, aku tahu itu! Kini, jalan kita sudah berbeda Aku memilih kanan, dan kau kanan yang lainnya Kita terpisah, sementar

Berhentilah Menggangguku Hei, Kau yang di Sana!

Gambar
Pertemuan tiba-tiba ini membuat aku tersedak, tulang-tulang di tubuhku seolah melonggar, jemariku bergetar, dan jantung ini seperti akan lepas dari tempatnya. Kau membuat pandanganku nanar, semua warna seakan kehilangan cerahnya, biru mengelabu, hijau memutih, bahkan air hujan terlihat seperti hitam. Berhentilah memasuki fikiranku! aku ingin berkonsentrasi dengan semua aktifitas ini, dan kau mengacaukannya dalam sekejab! Jika ada yang patut disalahkan atas semua ketidakberesan ini, kaulah orangnya! Hebat! kau memang hebat dari dulu, selalu berhasil membuatku takluk, membutakan semua pandanganku, menulikan pendengaranku, dan membisukan lisanku. Siapa kau yang berani mengusik ketenangan hidupku, hah? bahkan kau tak membiarkan tidurku nyenyak barang sedetik... Berhentilah menggangguku hei, laki-laki! Siapapun dirimu, aku sedang ingin sendiri Ini bukan waktunya untukmu bermain dalam fikirku. Belum waktunya! Datanglah di saat yang tepat, ku mohon!! JANGAN SEKARANG...               

Poetry Hujan: Kuburanmu Ada di Hatiku

Gambar
Apa mau dikata? Wajahmulah yang senantiasa ada.. Dalam sepi dan sesak Dalam gelap dan terang Dalam damai dan rusuh Dalam jernih dan keruh Dalam hangat dan gigil Dalam tidur dan jaga Dalam khayal dan sadar Dalam tangis dan tawa Dalam panas dan hujan Dalam sakit dan segar Dalam putih dan hitam Dalam rintik dan lebat Dalam riuh dan hening Dalam duduk dan telentang Dalam desir dan badai Dalam senyap dan kosong Dalam resah dan air mata Dalam takut dan gemetar Dalam ribut dan tenang Dalam merah dan mega senja Dalam pagi dan siang Dalam sore dan malam Dalam larut dan shubuh Dalam do'a dan harap Dalam mimpi dan asa Dalam ego dan cinta Dalam marah dan cemburu Dalam sendu dan rindu Dan dalam malu serta tersipu... Oh, Kau selalu ada, terlalu mendominasi! Hingga aku tak sempat bernafas Hingga aku tak memiliki jeda Hingga aku tersudut Hingga aku ternganga Lalu siapa yang bisa disalahkan? Padahal mataku tak tahu caranya melihat sosok teduhmu Padahal t

Cinta Itu Bernama Keluarga

Gambar
Ibu, kau bernama Ibu... Nama agung yang Allah pilihkan untukmu Aku pun memanggilmu begitu Jika saja ada manusia yang paling tulus mencintaiku selain dirimu, tentu saja aku juga akan memanggilnya ibu, Tapi sayangnya tidak, hanya ada satu ibu di hatiku, tidak akan ada ibu lain. Kau tahu, Bu? Aku selalu mengingat kejadian malam itu, Saat aku dimarahi bapak Kau peluk aku yang bersimbah air mata, ketakutan Kau usap air mataku dengan kasih sayang Kau menenangkanku, menyejukkan... Aku hanya diam kala itu, tak bersuara, juga tak balik memelukmu Tapi jauh di dalam hatiku, ada kebahagiaan yang tak bisa diungkap Tangisanku semakin kencang, bukan karena Bapak Tapi karena sentuhan halusmu meraba permukaan cinta di hatiku, membangunkannya, membuatku sesak karena senang.. Aku juga ingat, Masih di malam, Saat kau mengaku telah tak sengaja membakar buku pentingku Aku menangis karenanya.. Setelah itu, kau bertanya tentang satu hal padaku namun tak ku beri jawaban karena masih

Aku Membunuh Diriku Sendiri dengan Al-Qur'an (Kisah Hijrah)

Gambar
Izinkan aku bercerita, sedikit saja tentang penggalan hidup yang pernah kulewati, karena kau adalah sahabat, maka cerita ini akan kubagi. Aku adalah seorang perempuan, kau tahu itu? Mungkin pernyataanku terdengar absurd, tapi aku memiliki maksud, agar kau yakin bahwa aku memanglah perempuan, bukan laki-laki, atau campuran dari keduanya. Ini adalah pernyataan yang kau dengar sekarang, bukan belasan tahun yang silam, di saat aku masih ingusan, berpikiran dangkal, namun keras tak terkatakan. Aku dilahirkan dari rahim seorang Ibu pada tanggal 12 Februari, 18 tahun yang silam, sebagai seorang perempuan, biar kuyakinkan sekali lagi, sebagai seorang perempuan! Tapi ketika mulai mampu berpikir dan menentukan pilihan, aku memilih untuk menjadi laki-laki, jangan kaget. Aku membenci kelahiranku yang menjadikanku perempuan, karena aku ingin menjadi laki-laki, seutuhnya, tidak setengah-setengah.. Untuk mewujudkan inginku, selalu kukenakan pakaian laki-laki, jeans robek dan kaos

MencintaiMU Lebih...

Gambar
Andai aku bisa mencintaiMu lebih dari sekarang Andai aku bisa taat padaMu lebih dari sekarang dan andai aku bisa lebih sempurna dari sekarang... Dengarlah pintaku wahai Sang Raja hatiku... Biarkan tubuh lemah ini berdiri lebih tegap dalam menentang kebathilan... Karena sungguh, hingga saat ini aku masih terlalu takut dan gemetar... Biarkan tangan kecil ini menyingkap tabir kebenaran! Karena sungguh, hingga saat ini tangan kecilku masih senantiasa bersembunyi di balik punggungku.. Biarkan bibir kelu ini bersorak lantang untuk dakwahMu Untuk meneriakkan asmaMu! Karena sungguh, hingga saat ini bibirku masih senantiasa diam dan terkatup pucat ketika menghadapi ketidakadilan! Andai aku bisa... Tentu saja tubuh lemah ini akan lebih berguna Meski penyakit-penyakit yang Engkau datangkan kerap membuatku rapuh dan terbaring pasrah! Andai aku bisa... Tentu saja tangan kecil ini akan lebih bermaslahat untuk Islamku... Meski ia hanyalah dua belah tangan kecil milik seoran

“Poetry Hujan: Hujan di Kelopak Matamu, Ibu..."

Gambar
Ibu, Kau yang selalu mengajarkan aku tentang ketegaran saat melawan Bapak Tapi hari itu, kau memperlihatkan mendung yang tertahankan di kelopak matamu padaku, Ia telah berubah menjadi gerimis, lalu hujan deras Aku mengusapnya perlahan, dalam remang kamar Tirus wajahmu, Ibu Membuatku selalu tak tega melihat kau meronta Hujan yang kau biarkan menetes di garis pipimu itu tak lebih dari sebuah sketsa Yang memperlihatkan bahwa lukisan hidup kita tak beranjak dari warna hitam Selalu hitam! Tak pernah ada warna lain yang menelusup Padahal aku inginkan hijau atau mungkin biru Tapi Kenapa hidup tak membiarkan hitam berubah bentuk di lukisan kita, Bu? Apakah karena kita tak layak mendapatkannya? Atau karena warna lain yang tak ingin singgah, meski hanya sekejab? Rumput di halaman rumah kitapun tak pernah mau berlama-lama menetap Sehari, dua hari, lalu mereka layu tak menentu Aku selalu bingung melihatnya Apakah rumputpun tak betah? Seperti yang aku dan Ibu rasa? Apakah memang seperti i

Untukmu yang Merasa Gagal itu Mengecewakan...

Gambar
Tanyakan pada hati kecilmu, Kawan.. Sejauh mana kau dapat bertahan dalam kebijaksaan.. kebijaksaan untuk tetap bertepuk tangan pada kegagalan yang tengah kau saksikan.. Bukan mendengus kesal atau merobek nadi di tangan. Hidup memang seperti labirin, sangat tak terduga, tak terpikirkan, bahkan mungkin mengecewakan. Namun bila kau bisa lebih dewasa, berbaik sangka pada Yang Kuasa atas ketetapan yang diinginkanNYA, Mata jernihmu pasti dapat melihat, bahwa ketentuan yang dipilihkanNYA jauh lebih baik dari sketsa hidup yang bertahun-tahun telah kau lukis. Walau hati dangkalmu menyangkal... Sekali lagi ku katakan, kita adalah hamba, bukan Tuhan yang dapat menulis jalan hidup sendiri, walau IA yang Maha Bijak memberimu pensil untuk menulis, tapi kertas tempatmu meraba adalah milikNYA, IA bisa saja merobek, membakar, atau memang mewujudkannya... Tetaplah tersenyum, karena saat kegagalan itu menunjukkan taring menakutkannya, kau harus tahu, ia sedang mengajakmu bercanda,

Bagiku, Keinginan Menikah Dini itu, Anugerah...

Gambar
“Ini tidak konyol!” Timpalku pada diri sendiri. Memimpikan pernikahan di usia yang cukup dini, 18 tahun. Aku ingat bagaimana ekspresifnya seorang yang ku panggil kakak merespon keinginanku yang dia anggap berlebihan terhadap pernikahan, membuatnya seringkali mengomel dan menggerutu geram. “Aku tak habis pikir kenapa bisa seorang gadis semuda kamu sudah memikirkan pernikahan, ingat umur, Dik. Bahkan Aku yang tiga tahun lebih tua darimu belum sempat terpikir, coba pertimbangkan matang-matang dulu sebelum membuat daftar keinginan, agar kamu tidak berlaku ceroboh”. Seorang yang lain juga merespon keinginan ini dengan sudut pandang yang berbeda namun tetap pada prinsip yang sama, “Dik, saat kau sudah menikah nanti, di usia dini, anggaplah kau memang menikah di usia 20 tahun seperti inginmu, mau kau apakan anak-anakmu nanti? Aku suka tertawa geli memikirkan keadaan rumah tanggamu nanti, bukan tentang suamimu, tapi tentang anak-anakmu, bagaimana bisa seorang Ibu yang kekanak-kanakan m

"Poetry Hujan: Mencintaimu dalam Diam, Seperti Hujan..."

Gambar
Seorang yang pendiam memiliki kharisma yang indah lagi anggun Aku pun ingin memiliki kharisma indah dan anggun dalam mencintaimu, dengan diam. Tak akan ada yang tahu, bahkan syaithan sekalipun! Karena ku takut ia akan mengubah cintaku menjadi benci Sementara aku ingin mencintaimu lebih dalam lagi. Hujan sore ini yang mengajarkannya padaku Bagaimana mencintai dalam diam, dengan begitu indah. Seperti ia mencintai tanah kering lalu mengubahnya menjadi basah dan subur Seperti ia mencintai sawah Seperti ia mencintai sungai Mengunjungi mereka dalam diam, tanpa sepatah katapun! Hujan hanya ingin memberikan kesejukan, kebermanfaatan, dan keindahan Tapi ia tak meminta balasan, walau aku yakin ia mengharapkannya. Tak mampu berkata apa Saat ku tatap wajah tampanmu yang menawan Belum menuju puas aku lantas memasukkan mataku ke dalam ketertundukkan, sambil Berucap “Subhanallah, Maha Suci Engkau yang telah menciptakan rupa seindahnya Ya Allah” Sungguh aku tak berani menatapmu

Pada Cermin Mana Akan Aku Temukan Jawabnya, Kawan?

Gambar
Aku suka saat-saat seperti ini, karena pukul 00.00 ke bawah adalah momment dimana aku bisa bebas, bukan bebas untuk tertawa terbahak-bahak, apalagi menangis sejadi-jadinya, tapi bebas meluapkan apa yang ingin aku tulis, karena seperti kebanyakan orang aku juga membutuhkan keheningan untuk berkonsentrasi. Aku tak akan menulis tentang kerinduan, karena tidak sedang merindukan siapapun, juga tak ingin bercerita tentang cinta, karena penaku mengeluh padanya, pun takkan menulis tentang kau, karena jemariku tak tahu cara mengeja namamu yang sok misterius itu. Aku hanya ingin menulis tentang diriku sendiri, tentang hidup yang kini aku berperan sebagai pelakon utama. Sebenarnya, aku tak mengenal siapa aku, bagaimana diriku dan kehidupan seperti apa yang akan aku hadapi. sedikit yang bisa ku tulis, karena sedikit yang aku kenali dari diriku, sedikit yang bisa ku sampaikan, karena tangan kananku tak bisa berjabat dengan tangan kananku sendiri. Artinya, aku buta untuk melihat diriku. Aku

Dia...

Gambar
Dia... wanita yang kerudungnya menyapa angin pagi... Dia... wanita yang memiliki senyum indah luar biasa... Dia... yang matanya selalu menatap tanah setiap melewati jalanan... Dia... yang wajahnya semakin membayang, berkelabat di alam bawah sadarku... Dia... wanita sholeha terjaga bak bidadari sorga... Duhai... siapakah lelaki beruntung sedunia yang mendapatkan hatinya... Duhai... siapakah lelaki beruntung sedunia yang halal menggenggam tangannya... Duhai... siapakah lelaki beruntung sedunia yang bisa bebas menikmati indah wajah telaganya, indah santun perilakunya, indah lembut suaranya... Dia... wanita yang tertutup rapi seluruh keindahan tubuhnya... Dia... wanita yang hijabnya begitu terjaga.... Dia... wanita yang tak mampu diintip kecantikan parasnya... Dia... wanita yang kini menjadi penyemangat hariku... Semoga Allah menganugrahi seorang lelaki terbaik untukmu, Murobbiyahku...

Buatlah Imanmu Mengerti Bahasa CintaNYA

Gambar
Ketika kehendakmu tak sejalan dengan kehendakNya Biarkan kehendakNya yang berjalan atas hidupmu Karna kehendakNya adalah kebaikan untukmu Ketika inginmu tak sesuai dengan inginNya Biarkan inginNya menjadi skenario terbaik bagi hidupmu Karna dia Maha Tahu segala hal tentang dirimu Biarkan tangisan mengobati kekecewaanmu bukan kekecewaan pada Rabbmu tapi kekecewaan pada dirimu sendiri karna tak mampu berdiri di atas inginNya Hidup harus tetap dijalani, sesakit apapun itu siap atau tidak, karna Rabbmu tidak pernah butuh persetujuanmu atas kehendakNya karna dia jauh lebih tau apa yang tidak kita ketahui.. Maka, buatlah imanmu mengerti dengan bahasa cintaNya...

"Poetry Hujan: Di Hari Ulang Tahunmu, Ibu..."

Gambar
Di hari ulang tahunmu, Ibu, mestinya akulah yang pertama kali berdiri di sampingmu dengan senyuman manis Untuk sekedar mengingatkan bahwa ibu sudah semakin lama menjadi ibuku sudah semakin lama menjadi sinar dalam gelapku sudah semakin lama menjadi benteng dalam dho'if dan ketidakberdayaanku... Di hari ulang tahunmu, Ibu, Mestinya akulah yang pertama kali menyodorkan bingkisan kado untukmu Sekedar menghadiahimu dengan materi tak berarti, tak berharga, tak berbanding. Walau aku sadar dengan sangat bahwa cinta dan kasih yang kau tuang dalam gelas bocor ini tak pernah terbayar, tak pernah terlunasi. Di hari ulang tahunmu, Ibu Mestinya akulah yang pertama kali melepaskan senyuman pada wajah telagamu, atau sedikit tertawa manja Dan meminta kau merunduk sedikit untuk bisa ku cium pipi halusmu, Sekedar untuk menyadarkanmu, bahwa aku anakmu, masih sangat mengingat hari lahirmu... Di hari ulang tahunmu, Ibu Mestinya akulah yang pertama kali membangunkan pagimu dengan segelas

Setelah Ijab Qabul itu...

Gambar
Aku hanya ingin menulis menuliskan perasaanku menuliskan namamu menuliskan harapanku terhadapmu walau mungkin tulisan ini tak akan terbaca olehmu tapi paling tidak aku sudah mempermanenkannya untuk mengenangmu... Tahukah kamu? aku di sini menanti menanti sebuah nama untuk ku ukir indah di kanvas hatiku nama yang tak pernah ku ketahui ejaannya nama yang mungkin tak pernah terucap dari lisanku tapi ku yakin, nama itu adalah nama terindah jika ia telah menjadi milikku... Aku adalah seorang perempuan yang jika kau berusaha mencari aibnya, kau akan dengan mudah menemukannya jika kau berusaha mencari kebaikan di dalam dirinya, kau akan kesulitan untuk menemukannya kau tau itu artinya apa? aku benar-benar tidak sempurna bahkan untuk kau cintai tapi jika aku sudah melabuhkan hatiku untuk kau miliki kau tidak akan pernah lagi menemukan cinta sebesar yang aku punya... Aku bukanlah wanita yang hebat bukanlah wanita yang cantik bukanlah wanita yang cerdas bukanlah wanita ya

"Poetry Hujan: Padamu, Aku Jatuh Cinta"

Gambar
Aku jatuh cinta padamu sejak pertemuan kita kala itu.. Saat kau sapa aku dengan senyuman hangat Saat kau menyentuh wajahku dengan tangan basah Lalu kau tinggalkan aku yang masih berdiri mematung di tengah taman begitu saja, Tanpa permisi, jua tanpa pamit bila hendak pergi... Aku sadar aku tak mengenalmu Aku tak tahu kau tinggal dimana Aku pun tak tahu kapan kau akan datang lagi, menyapaku Kirimi aku surat jika kau berencana untuk datang kembali Atau pesan singkat lewat awan Agar aku tahu, agar aku bisa bersiap Kemudian keluar rumah untuk menunggumu bersama arlojiku Ah, kau tak tahu betapa aku merindukan kunjunganmu Sejak pertemuan kita sore itu Aku jatuh cinta padamu, ya! Aku jatuh cinta Walau aku tak tahu apapun tentangmu kecuali satu hal Bahwa kau bernama hujan Aku yakin kita akan bertemu lagi Meski musim panas akan segera datang Ku mohon, sempatkanlah untuk menemuiku satu kali lagi Di taman, tempat aku duduk menghitung detik demi detik kehadiranmu... “Tidakkah kamu melihat bah

Allah, Dengarkan Rintihku...

Gambar
Allah... Dengan segala hormat ku kirimkan salamku bersama air mata keikhlasan berharap Kau balas surat cinta ini.. Allah... Dengan cinta ku bertanya Kau ciptakan aku dengan cinta akankah Kau mengambilku lagi dengan cinta? Allah... Jika penyakitku ini adalah azab, maka ampunilah? Jika penyakitku ini adalah ujian, maka tabahkanlah, tegarkanlah dan kuatkanlah? Tapi jika penyakitku ini adalah tanda-tanda akhir nafasku, maka segerakanlah! Tak ingin berlarut-larut dalam kesakitan ku mohon Allah, kirimkan segera tamu-tamu agungku dengan cinta biarkan mereka mencabut nyawaku dengan cinta dan izinkan aku kembali padaMu dengan cinta.. Allah... Mengapa harus ada air mata saatku coba tertawa? Mengapa harus ada luka saatku coba bahagia? Dan mengapa ku tak bisa berlapang dada saat semua derita menghimpit sukma? Mata, simbolkan kepedihanku lewat airnya lidah, coba ungkap rasa lewat rintihannya dan tubuh, Berusaha tunjukkan sakit dengan darahnya.. Allah... Jika kesempatanku untuk menikmati duniaMu y