Bagiku, Keinginan Menikah Dini itu, Anugerah...

“Ini tidak konyol!” Timpalku pada diri sendiri.
Memimpikan pernikahan di usia yang cukup dini, 18 tahun.


Aku ingat bagaimana ekspresifnya seorang yang ku panggil kakak merespon keinginanku yang dia anggap berlebihan terhadap pernikahan, membuatnya seringkali mengomel dan menggerutu geram.
“Aku tak habis pikir kenapa bisa seorang gadis semuda kamu sudah memikirkan pernikahan, ingat umur, Dik. Bahkan Aku yang tiga tahun lebih tua darimu belum sempat terpikir, coba pertimbangkan matang-matang dulu sebelum membuat daftar keinginan, agar kamu tidak berlaku ceroboh”.

Seorang yang lain juga merespon keinginan ini dengan sudut pandang yang berbeda namun tetap pada prinsip yang sama, “Dik, saat kau sudah menikah nanti, di usia dini, anggaplah kau memang menikah di usia 20 tahun seperti inginmu, mau kau apakan anak-anakmu nanti? Aku suka tertawa geli memikirkan keadaan rumah tanggamu nanti, bukan tentang suamimu, tapi tentang anak-anakmu, bagaimana bisa seorang Ibu yang kekanak-kanakan merawat dan membesarkan anak-anak? Kan lucu...”

Yang ini lain lagi, “Menikah, menikah, dan menikah. Hanya itukah yang ada di pikiranmu, Kawan? Langkahi saja kedua kakakmu jika kau benar-benar ingin menikah segera, aku mendukungmu dari sini”.

Komentar satu dan dua adalah komentar pedas dan mengena lebih langsung, tidak ada persetujuan di dalam tanggapan mereka, sedangkan komentar ketiga memang diungkapkan dengan redaksi kalimat yang berbeda, namun jika kau adalah orang Minang, sepertiku, kau akan tahu bahwa itu adalah kalimat sindiran, tak lebih dari sekedar melecehkan, terlebih karena aku tahu ekspresi wajahnya saat mengatakan ini.

Intinya, sebagian besar bahkan hampir keseluruhan orang berpikiran bahwa menikah itu harus pada usia yang sudah wajar, sudah membudaya dan yang sudah biasa berlaku, yaitu pada umur sekitar 25 tahun. Bukan di atas 20 tahun atau di atasnya sedikit.

Aku tak tahu apa yang ada di pikiran mereka (seperti pertanyaan mereka terhadapku), yang jelas aku heran dengan patokan umur yang mereka standardkan sendiri berdasarkan kebiasaan banyak orang, bukan berdasarkan mudharat dan maslahat (keburukan dan kebaikan) yang ditimbulkan dari keterlambatan melangsungkan pernikahan.

Bagiku, ingin segera menikah itu anugrah, kenapa? Karena orang yang ingin telat menikah atau bahkan tidak menginginkan menikah adalah orang yang merugi, disebabkan mereka telah melewatkan kesempatan emas untuk berbahagia lebih cepat, aku sering mendengar komentar orang-orang yang menikah di usia dini, salah seorang di antaranya berkata seperti ini “oh, indahnya menikah dini, kalau tahu akan seindah ini, aku akan menikah lebih dini lagi”

Atau komentar seperti ini, “Menikah itu, 20% doang yang enak, 80% nya lagi enak banget.” (nah lho?)
Memang sih, mereka hanya oknum, tapi indahnya pernikahan itu bukankah kita yang menentukan? Dan ketidakindahan pernikahan juga kita yang menyebabkan.
Jadi, berbahagialah bagi orang-orang yang ingin menikah segera, yang berarti ingin menjemput kebahagiaan dengan segera pula.
Sebaliknya, merugilah orang yang menunda pernikahan padahal kemungkinan itu ada namun masih berdalih dengan alasan ketidaksiapan.

Soal menyoal ketidaksiapan, aku sering berkata seperti ini pada diri sendiri, “Apa yang membuat mereka berpikir tidak siap? Padahal kesiapan atau ketidaksiapan itu hanya perkara mindset, sugesti dan soal meyakinkan diri sendiri. Lihat saja Siti ‘Aisyah yang menikah di usia sembilan tahun, sementara aku tidak berniat sedini itu.”



Ada banyak hal yang membuatku ingin segera menikah selain alasan ingin cepat menjemput kebahagiaan, alasan itu tentu saja karena ibadah dan ini adalah alasan utama sebenarnya, kalau saja kau tahu betapa banyak dan besarnya pahala yang akan didapat oleh seorang istri shalihah yang berbakti dengan baik pada suaminya, aku yakin kau tidak akan berpikir dua kali untuk menyegerakannya, boleh dong berkeinginan menjadi istri shalihah...

Akan ku beritahu agar kau menjadi tahu, lalu menjadi mau, mengapa istri shalihah itu beruntung.

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud)
Dari hadits Abdullah bin Salam, bahwa Rasulullah bersabda Sebaik-baik istri ialah istri yang menyenangkan kamu bila engkau memandang (nya), dan taat kepadamu bila engkau menyuruh (nya), serta menjaga dirinya dan harta bendamu di waktu engkau tidak berada bersamanya.”

Pada zaman Rasulullah Muhammad SAW seorang laki-laki telah berkata :"Ya Rasulullah, istri saya jika saya datang kepadanya, dia berkata : "Wahai suamiku, panutanku dan panutan keluargaku, selamat datang".
Dan jika ia melihatku tengah bersedih, iapun berkata : "Apa yang menyedihkanmu di antara kehidupan dunia ini, tidakkah merasa cukup dengan kehidupan akhirat kelak? "
Rasulullah bersabda : "Beritahukan kepadanya bahwa dia "pekerja-wanita" dari Allah dan baginya pahala separuh pahala orang yang berjuang" (Diriwayatkan oleh Al Khairani dalam "Makarimul Akhlaq" dari Dzafir bin Sulaiman dari Abdullah Al Wadhahi)

“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban)

“Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.”
(HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah)

Mau dicari kemana kebahagiaan seperti itu, Kawan?




Komentar

Anonim mengatakan…
kalo ane yang disuruh mengomentari, sudah jelas jawabannya apa...
Just A`- mengatakan…
:)

untuk yang satu ini kita memiliki jawaban yang persis sama...

tapi ana yang harus duluan...
Anonim mengatakan…
oooo...
tidak bisa...
Andy Petir mengatakan…
nah..kalau ini sih
sepertinya sudah sering dibahas yah :D
well..jgn terburu2 tp tetap melangkah pasti aja my ^_^
Just A`- mengatakan…
insya Allah, tidak terburu-buru, hanya menyegerakan...

Postingan populer dari blog ini

Halaman Persembahanku

Berhentilah Menggangguku Hei, Kau yang di Sana!