Bila Mungkin

Aku ingin menjadi pintu rumahmu, Tuan
Yang kau temui setiap pagi saat kau bersiap. Meski untuk pergi.

Aku biar menjadi jendela kamarmu, Tuan
Yang kau salami setiap malam sebelum kau terlelap. Meski untuk sesekali.

Aku rela menjadi keringat di wajahmu, Tuan
Yang kau usap setiap aku ingin tinggal. Meski sebentar.

Tapi bagaimanalah akan kuubah. Aku hanyalah aku yang terpisah.
Jauh melebihi kesabaranku. Melebihi kekuatan yang kupaksakan.

Bila engkau mau berbaik hati. Kirimilah aku sepucuk saja kabar.
Bahwa aku akan kau temui.
Bahwa senyumku akan kembali.

Atau bila tidak. Izinkan kujahit kata terakhir yang bisa kusampaikan.
Bahwa engkau adalah angka yang tak terjumlah di hatiku.
Bahwa engkau adalah laut yang banjir melimpah di lamunanku.
Bahwa engkau tak ubahnya huruf yang kurangkai dalam jutaan doaku.

Tapi aku baik-baik saja. Aku punya genangan cerita di mataku.
Yang akan kututup ke sebalik pejaman.
Dan aku punya wajahmu di ingatan.
Yang akan kukubur dalam. Ke sebalik kenangan.

Selamat malam. Tuan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berhentilah Menggangguku Hei, Kau yang di Sana!

Halaman Persembahanku