Cinta Itu Bernama Keluarga

Ibu, kau bernama Ibu...
Nama agung yang Allah pilihkan untukmu
Aku pun memanggilmu begitu
Jika saja ada manusia yang paling tulus mencintaiku selain dirimu, tentu saja aku juga akan memanggilnya ibu,
Tapi sayangnya tidak, hanya ada satu ibu di hatiku, tidak akan ada ibu lain.

Kau tahu, Bu?
Aku selalu mengingat kejadian malam itu,
Saat aku dimarahi bapak
Kau peluk aku yang bersimbah air mata, ketakutan
Kau usap air mataku dengan kasih sayang
Kau menenangkanku, menyejukkan...
Aku hanya diam kala itu, tak bersuara, juga tak balik memelukmu
Tapi jauh di dalam hatiku, ada kebahagiaan yang tak bisa diungkap
Tangisanku semakin kencang, bukan karena Bapak
Tapi karena sentuhan halusmu meraba permukaan cinta di hatiku, membangunkannya, membuatku sesak karena senang..

Aku juga ingat,
Masih di malam,
Saat kau mengaku telah tak sengaja membakar buku pentingku
Aku menangis karenanya..
Setelah itu, kau bertanya tentang satu hal padaku namun tak ku beri jawaban karena masih menangis, kesal.

Aku baru sadar, tangisanku pasti membuatmu sakit, lebih sakit dibandingkan aku yang marah padamu...
Oh Ibu, aku memang bukan anak yang baik.
Ajarkan aku Bu..
Ajarkan aku cara mencintai sebesar cinta yang selalu kau beri
Ajarkan aku cara menyayangi dengan tulus, setulus sayang yang senantiasa kau tunjukkan..

Jika ada gelar guru terhebat sepanjang masa, namamulah yang akan dapatkan mahkotanya....


.
Tak banyak yang menjunjungmu selayaknya Ibu, Ayah...
Rasul pun meletakkan namamu pada kali keempat setelah Ibu
Memang bukan kau yang kesakitan mengandung dan melahirkanku
Memang bukan kau yang terjaga di setiap malam karena mendengar tangisanku
Juga bukan kau yang menyusuiku, menahan kantuk untukku
Tapi bagiku, kau adalah cinta dan rindu yang kuat, kokoh, dan tak lekang

Wujud cinta yang kau bentuk adalah seperti matahari yang tak pernah ingkar bersinar di pagi hari
Seperti ombak yang selalu kembali ke pantai
Seperti angin yang tak pernah berhenti berhembus
Seperti teratai yang mencintai air
Dan seperti tanah kepada hujan...

Ah, Ayah...
Kau tak pernah bilang memang.
Tapi tangan kekar yang mengusap lembut rambutku telah membisikkannya
Senyum tulus yang kau hadiahkan untukku setiap kali aku bersorak "aku juara" mengisyaratkannya dengan indah..
Dan air mata yang kau sembunyikan di balik sinar matamu itu, takkan bisa berbohong.
Aku tahu cintamu, Ayah.
Walau kau tak mau mengungkap.
Tidak apa-apa, aku mengerti, aku merasakannya...

.

Kakak tertua di rumah, tentu saja kau yang pertama kali mengenal Ayah dan Ibu kemudian mengajarkannya padaku..
Kak, kita sering bertengkar, bukan?
Terkadang hanya karena pakaian atau makanan...
Berebut guling atau selimut
Atau berlarian ke kamar mandi supaya duluan..

Kita tidur di atas satu kasur, bagaimana aku bisa tak mengenalmu?

Aku sering tertawa sendiri saat kau berlaku sok cuek padaku setiap kali kau pulang ke rumah..
Karena kau mencoba berbohong
Padahal di malamnya, saat aku tertidur dan selimutku terlepas, kau menariknya kembali ke tubuhku..
Padahal kau telah diam-diam mencuri fotoku lalu menyimpannya di handphonemu..
Dan padahal, kau selalu panik saat aku demam tinggi...

Aku dapat membaca cinta di balik keangkuhan dan ketidakpengakuanmu..
Aku bisa membacanya...



Hmmm, kau sering marah padaku, kan Kak?
Hanya karena aku malas mencuci pakaian?
Hanya karena aku uring-uringan disuruh ke warung
Bahkan hanya karena aku tidak mau mandi sore...

Tapi kemarahanmu itu tidak mempan untuk membuatku membencimu
Karena apa?
Tentu saja karena kau menyayangiku
Oh, tidak, aku tidak kegeeran
Aku merasakan getarannya
Dari masakan yang kau buatkan untukku saat aku kelaparan
Dari cubitan yang kau sengaja untuk mengajakku bercanda
Dari susu yang kau buatkan untukku saat aku sakit
Dan dari rindu yang tertahankan saat aku jauh...

Kau selalu berapi-api saat curhat padaku, tentang cinta juga benci..

Bukankah setiap kita selalu cenderung berbagi cerita dengan orang yang kita cinta :)
Dari sanalah Kak, dari sana aku tahu bahwa kau mencintaiku dalam diam, dalam kepura-puraan..
Adik sulungku, banyak yang tak kau ketahui tentang hatiku..
Aku jadi mengerti tentang cinta yang dibungkus oleh ketidakpedulian, ketidakmanisan sikap, dan kebohongan yang dilakukan kakak pertama dan kedua kepadaku, karena aku juga melakukkannya padamu
Beruntunglah karena Ibu memberiku adik,
Karena dengan begitu aku jadi mengerti arti cinta seorang kakak terhadap adik dan sebaliknya, semuanya sama..
Berpura-pura dan sok!
Berpura-pura marah, berpura-pura kesal, dan berpura-pura tidak peduli
Sok cuek, sok dingin, dan sok kasar

Kau juga tahu itu dari perasaanmu sendiri kepada adik bungsu kita, bukan?
Kau tahu bahwa cinta seorang kakak tidak selalu bisa ditunjukkan dengan kemanisan sikap
Terkadang pertengkaran menjadi sangat manis untuk dikenang
Itulah yang selalu kita lakukan, ya?
Kita bertengkar hampir setiap hari
Hanya karena hal kecil.

Tapi kau harus tahu bahwa cinta yang aku miliki terbungkus dalam kemasan pertengkaran kita...

Cinta yang aneh, aku tak tahu cinta ini bernama apa..
Yang aku tahu, tidak ada cinta yang berwujud sama dengan yang lainnya..
Dan inilah cintaku, berbeda..
Tapi tetaplah cinta namanya...

.

Ini dia, si bungsu di rumah..
Yang paling sok-manja di keluarga...
Padahal terkadang lebih dewasa dibanding aku :)

Sasaran terempuk untuk dimarahi
Tentu saja karena paling bungsu dan tidak memilki kekuatan besar untuk melawan
Ah, maafkan aku, Dik
hidup ini terlalu kejam, ya?

Aku hanya ingin menjadikanmu kuat
Berperilaku manis padamu akan membuatmu lembek dan lemah
Aku yakin suatu hari nanti, saat kau telah dewasa, kau akan tahu maksudku apa.

Sekarang umurmu berapa, Dik?
Dua belas tahun, kan?
Hmmm, tak terasa sudah dua belas tahun kau hadir dalam keluarga kita
menjadi bagian penting dan berharga

Kau sangat cerdas, Dik..
Sejujurnya aku bangga..
Tapi aku hanya tak ingin menunjukkannya..
Aku tertawa bahagia setiap semesternya saat mendengar kau juara di kelas di balik penglihatanmu..
Sampai sekarang! saat kau sudah beranjak menuju Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Oh, sekarang kau sudah remaja...

Tapi terkadang aku ingin kau tetap kecil seperti ini,
Jangan menjadi besar..
Karena saat kau sudah berusia remaja bahkan dewasa..
Akan ada banyak sekali air mata
Hidup semakin terasa kejam saat kita sudah dewasa, Dik
Tidak seperti masa kecil yang menyenangkan
Saat kita masih bebas tertawa bahagia berlarian di lapangan, bermain layangan..
Benar-benar hidup tanpa beban..

Dan aku tak ingin kau terlalu cepat dewasa..
Tetaplah di sana, jangan kemana-mana..
Tetaplah dalam kekanak-kanakanmu..

Persis seperti yang selalu aku lakukan dalam hidup..
Bersikap kekanak-kanakkan akan membuatmu bebas..
Jangan pedulikan apa kata orang...

Aku akan tetap di sini untukmu, Dik..
Melihat kau tumbuh dan sukses...

Komentar

Elyadhi Algifari mengatakan…
q mana dek,,,, :P
Just A`- mengatakan…
o, iya lupa, mestinya paling akhir, ya?
anak yag paling bungsu...
Elyadhi Algifari mengatakan…
yeeee mending jadi OM deh,,,,
Just A`- mengatakan…
Kakek aja gimana?
bakul gudeg mengatakan…
waah, salam buat keluarga :-) ondeh, anak gadihnyo ado 5? subhanalloh...
Just A`- mengatakan…
Kalo nitip salam itu harus jelas dari siapanya?
Ini dari siapa dimana?
orang Padang juga ya?
bakul gudeg mengatakan…
hmm, lahir di padang hidup di jogja :D salam kenal dari bakul gudeg :-)
Just A`- mengatakan…
ooh, Jogja :)

salam kenal juga :D

Postingan populer dari blog ini

Halaman Persembahanku

Berhentilah Menggangguku Hei, Kau yang di Sana!